Kamis, 26 Juni 2014

Kurangnya Tenaga Medis Pengaruhi Angka Kematian Ibu dan Bayi

Jakarta, Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Bappenas, evaluasi paruh waktu indikator kesehatan nasional 2010-2014 menunjukkan angka yang mengkhawatirkan.

Angka Kematian Ibu (AKI) meningkat dari 228 per 100.000 kelahiran hidup (Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia atau SDKI, 2007) menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2010). Angka Kematian Bayi (AKB) hanya menurun sedikit dari 34 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2010) menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012).

Ketua Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Fasli Jalal mengatakan bahwa permasalahan tingkat kematian bayi dan ibu tinggi karena perhatian pemerintah akan kesehatan remaja kurang.

"Tidak bisa hanya melihat dari saat kehamilan dan melahirkan. Harus diperhatikan juga mulai dari kesehatan remaja. Mulai dari remaja kemudian calon pengantin, rencana memiliki anak, hingga merawat anak. Sedangkan 48 persen remaja kita kurang gizi," kata Fasli Jalal ditemui pada acara diskusi publik di merDesa Institute Jakarta, Selasa (24/6/2014).

Hal serupa juga dikatakan oleh dr Imam Rosyidi selaku Ketua Lembaga Kesehatan Nahdatul Ulama. Ditemui di acara yang sama, ia mengatakan bahwa kematian ibu di Indonesia merupakan angka kematian terbesar di Asia Tenggara.

Imam mengatakan bahwa diperlukan sebuah revolusi di bidang kesehatan ibu dan anak. Program Keluarga Berencana (KB) perlu direvitalisasi dan harus dijalankan kembali.

Selain itu masalah seperti kurangnya tenaga medis di desa dikatakan oleh Imam turut berkontribusi terhadap tingginya angka kematian bayi dan ibu.

"Dokter juga harus kembali ke daerah miskin perbatasan dan perlu ditulis dalam suatu peraturan. Di Jakarta ada ratusan dokter tapi di NTT harus sampai mengundang dokter dari luar," tutup Imam.

Sumber: http://health.detik.com/read/2014/06/24/153610/2617858/764/kurangnya-tenaga-medis-pengaruhi-angka-kematian-ibu-dan-bayi

Remaja Perempuan Anemia, Rentan Kehamilan Berisiko

Jakarta, Masalah kesehatan di Indonesia terkait angka kematian ibu dan bayi yang tinggi dikatakan oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Fasli Jalal, adalah akibat kurangnya perhatian pemerintah terhadap kesehatan remaja.

Fasli mengatakan bahwa saat ini sekitar 48 persen remaja Indonesia kekurangan gizi. Remaja yang kekurangan gizi dapat terserang berbagai penyakit yang pada perempuan terutama adalah sakit anemia.

Kurangnya asupan gizi yang seimbang yang kaya akan zat besi seperti buah-buahan dan sayuran yang cukup pada remaja perempuan menjadi penyebab utama anemia.

Anemia pada perempuan dapat menimbulkan efek cepat lelah, menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya konsentrasi, dan mengganggu pertumbuhan fisik.

Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes sebagai Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) mengatakan kematian ibu dan bayi yang tinggi berkaitan dengan kesehatan reproduksi perempuan. Anemia jika dibiarkan akan berdampak lebih buruk saat perempuan dengan anemia tersebut hamil.

"Remaja-remaja SMP atau SMA dengan anemia, ini kalau suatu saat mereka hamil anemianya akan menjadi cikal bakal masalah kehamilan. Anemia dapat menyebabkan pendarahan pada ibu hamil dan penyebab kematian terbesar dari ibu yang melahirkan adalah pendarahan" kata Emi saat ditemui pada acara forum diskusi di merDesa Institute Jakarta, seperti ditulis Rabu (25/6/2014).

Ketika ibu hamil, selain bahaya pendarahan saat melahirkan ada juga bahaya pada bayi. Janin membutuhkan zat besi sebagai salah satu asupan gizi sehingga ibu dengan anemia beresiko pula meningkatkan kemungkinan keguguran, kelahiran prematur, berat badan rendah, cacat bawaan, hingga kematian janin.

Hingga periode 2012 angka kematian ibu dan bayi di Indonesia merupakan angka kematian tertinggi se Asia Tenggara. Angka Kematian Ibu (AKI) meningkat dari 228 per 100.000 kelahiran hidup (Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia atau SDKI, 2007) menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2010). Angka Kematian Bayi (AKB) hanya menurun sedikit dari 34 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2010) menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012).

Sumber: http://health.detik.com/read/2014/06/25/073736/2618409/1301/remaja-perempuan-anemia-rentan-kehamilan-berisiko

Kurang Diapresiasi, Bidan Indonesia Galau

Jakarta, Masalah kesehatan di Indonesia terkait angka kematian ibu dan bayi yang tinggi dikatakan oleh ahli dapat diatasi dengan Keluarga Berencana (KB). Tidak hanya KB, masalah potensi medis yang kurang juga turut menambah rumit masalah tersebut.

Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes, ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) mengatakan bahwa sekitar 80 persen tenaga kesehatan yang menjalankan program KB adalah bidan dan sekitar 65 persen persalinan ditolong oleh Bidan. banyaknya kontribusi yang diberikan terutama di desa membuat bidan menyatu dengan masyarakat setempat.

Bidan memberikan kontribusi pada pelayanan medis yang besar namun menurut Emi kurang diapresiasi. Lewat peraturan menteri kesehatan No.07 tahun 2013 lalu kini bidan yang berkerja untuk pemerintah tidak dapat memperpanjang masa kontraknya. Maksimal kontrak seorang bidan hanya sampai sembilan tahun kerja.

Emi menjelaskan bahwa bidan sama seperti profesi ahli lainnya memiliki tes kompetensi dan sertifikasi, namun profesi bidan tidak diberikan jenjang karir.

"Bidan di Indonesia kurang mendapat apresiasi, kebanyakan bidan tersebut merupakan tenaga kontrak, ada yang sampai sekitar 20 tahun mereka masih kontrak, diperpanjang terus. Sudah berkerja sampai sembilan tahun kontrak, berbaur dengan masyarakat desa, tapi sekarang tidak bisa diperpanjang, ini yang mungkin membuat bidan galau" ujar Emi saat ditemui pada acara forum diskusi di merDesa Institute Jakarta, seperti ditulis Rabu (25/6/2014).

Emi mengeluhkan profesi bidan tidak mendapatkan perhatian yang sama oleh pemerintah contohnya seperti guru dan dosen. Guru dan dosen yang telah lulus sertifikasi mendapatkan tunjangan sertifikasi sedangkan bidan tidak dapat apa-apa padahal sama-sama melalui tes sertifikasi.

"Bagaimana bidan bisa melayani jika mereka sendiri tidak sejahtera, masih memikirkan anaknya mau sekolah universitas bisa atau tidak. Apalagi untuk mereka yang kontrak di desa, tidak punya masa depan dan jenjang karir padahal mereka melakukan pendidikan profesional cukup mahal," tutup Emi.

Sumber: http://health.detik.com/read/2014/06/25/082342/2618433/764/kurang-diapresiasi-bidan-indonesia-galau

Dilarang Makan Seafood Berbarengan Minum Jus Jeruk, Benarkah?

Jakarta, Saat sedang berada di restoran seafood dengan menu seperti ikan, udang, cumi atau kepiting, minuman yang dipesan biasanya berupa jus jeruk karena dianggap menyegarkan. Namun kombinasi keduanya disebut-sebut bisa membuat keracunan. Mitos atau fakta?

Menurut Leona Victoria Djajadi, BSc, MND, informasi tersebut sama sekali tidak benar. "Jeruk dan seafood tidak ada reaksi negatifnya jika dimakan berbarengan. Justru jeruk (lemon dan nipis) jika diminum dengan makanan yang tinggi lemak bisa meluruhkan lemaknya jadi tidak terserap tubuh," ungkapnya kepada detikHealth dan ditulis pada Senin (23/6/2014).

Agar manfaat dan nutrisi dari seafood bisa diserap tubuh lebih banyak, Victoria menyarankan Anda untuk lebih fokus pada rasa manis dan kandungan gula tambahan pada minuman tersebut.

"Minuman yang sebaiknya dihindari saat makan, baik seafood maupun makanan lainnya, adalah yang mengandung gula tambahan. Es jeruk kebanyakan juga dikasih gula, begitu juga es teh manis dan es lainnya. Ini yang patut dihindari karena menambahkan jumlah asupan kalori kosong tak bernutrisi tanpa kita sadari," tutur ahli gizi peraih gelar Master of Nutrition and Dietetics dari University of Sydney, Australia, ini.

Selama ini kerap dipercaya bahwa setelah mengonsumsi seafood tidak dianjurkan untuk minum jus atau minuman yang mengandung jeruk karena bisa menimbulkan keracunan. Informasi seperti ini juga sering bermunculan melalui dunia maya atau pesan singkat.

Menanggapi hal ini Victoria berpesan pada masyarakat untuk tidak mudah percaya dengan informasi yang tidak bisa dibuktikan sumbernya. Munculnya kata-kata dengan bahasa asing atau nama dokter/praktisi kesehatan memang sering 'menipu' masyarakat. "Zaman sekarang kan sudah maju, jika ada nama dokter di situ bisa langsung cek apa benar ada dokter bernama tersebut dan area praktisinya di bidang tersebut," imbau Victoria.

Sumber: http://health.detik.com/read/2014/06/23/193434/2617006/1410/dilarang-makan-seafood-berbarengan-minum-jus-jeruk-benarkah

Ingin Mewujudkan Fantasi Seksual Ketika Foreplay? Ini Tipsnya

Jakarta, Sudah menonton film Don Jon? Film yang keluar pada tahun 2013 itu mengisahkan kisah seorang pria yang sangat terobsesi pada film porno, namun tidak mampu mewujudkan fantasi seksualnya di kehidupan nyata. Padahal, bisa-bisa saja mewujudkan fantasi seksual, bahkan ketika melakukan foreplay.

Anda boleh-boleh saja meminta istri menggunakan kostum suster, atau jika Anda wanita, meminta suami memakai kostum tentara agar terkesan lebih gagah. Banyak pakar mengatakan bahwa bermain peran dan mewujudkan fantasi seksual dapat meningkat gairah bercinta, dan menyebabkan orgasme yang didapat menjadi lebih nikmat.

Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd, FAACS, Guru Besar dari Departemen Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali mengamini pernyataan tersebut. Jika fantasi seksual orang terpenuhi, efeknya akan membuat orang tersebut menjadi lebih mudah terangsang.

"Tentunya jika seseorang lebih mudah terangsang, pastilah lebih mudah untuk orgasme. Perlu atau tidaknya tergantung kebutuhan psikis dari orang itu," tandas Prof Wimpie lagi.

Kendati begitu, Anda tidak boleh terburu-buru dan tiba-tiba menyuruh pasangan melakukan sesuatu tanpa sepengetahuannya. Bukan tidak mungkin istri akan kaget jika tiba-tiba Anda memintanya melakukan tarian erotis atau memakai kostum suster sebelum bercinta.

dr Ferryal Loetan, ASC&T, SpKFR, MKes dari Klinik Kamar Sutera mengatakan bahwa kunci utama untuk dapat memenuhi kebutuhan akan fantasi seksual adalah dengan meningkatkan komunikasi kepada pasangan. Hal ini dipercaya dapat membuat pasangan lebih intim dan makin mengenal satu sama lain.

"Diajak ngobrol saja, komunikasi sih intinya. Tidak salah memiliki fantasi seksual, akan tetapi jika dikomunikasikan terlebih dahulu tentu pasangan tidak akan kaget. Dan bisa juga nanti pasangan mempunyai fantasi juga, jadi bisa saling memenuhi" urainya.

Sumber: http://health.detik.com/read/2014/06/25/170004/2619218/775/ingin-mewujudkan-fantasi-seksual-ketika-foreplay-ini-tipsnya?l992206755

Rutin Lari Pakai Jas Hujan: Rahasia Bobot Fikih Turun 22 Kg

Pasuruan - Seringkali ada beberapa cara unik yang dilakukan untuk menurunkan berat badan, seperti yang dilakukan oleh Qudrod Supriya Fikih Albariq (19). Ia mencoba rutin berlari dengan menggunakan jas hujan. Hebatnya, bobot Fikih berhasil turun sebanyak 22 kg, lho.

Ya, dengan cara unik tersebut bobotnya yang semula mencapai 89 kg pun berhasil turun menjadi 67 kg dalam waktu 2 bulan. Ingin berbagi pengalamannya kepada pembaca, Fikih pun mengungkapkan kisahnya kepada detikHealth, seperti ditulis pada Rabu (25/6/2014):

Awalnya saya memutuskan untuk berdiet dan menurunkan berat badan karena badan gemuk membuat saya terlihat tua. Saya bahkan kadang merasa terlihat seperti om-om, padahal usia saya masih sangat muda.

Proses program penurunan berat badan ini saya awali dengan olahraga rutin di pagi hari, tepatnya sekitar pukul 10, selama lebih kurang 15 menit. Olahraga yang saya lakukan adalah dengan berlari atau joging menggunakan jas hujan.

Selanjutnya saya juga mengatur pola makan dan meninggalkan kebiasaan mengonsumsi makanan berlemak seperti gorengan dan minuman yang beralkohol. Saya hanya makan satu kepal nasi, jika masih terasa lapar saya ngemil buah dan sayur. Saya juga membatasi takaran gula maksimal 7 sendok teh per hari.

Tak selalu lancar, saya juga mengalami beberapa hambatan terutama untuk berolahraga di pagi hari. Saya kerap mengantuk dan ingin tidur, namun hal itu dapat saya atasi dan jadi semangat berjuang jika saya melihat teman-teman saya yang proporsi tubuhnya sudah ideal.

Konsisten menerapkan kebiasaan makan dan olahraga rutin seperti ini, bobot saya pun berhasil turun dari semula 89 kg menjadi 67 kg dalam waktu 2 bulan.

Sumber: http://health.detik.com/read/2014/06/25/163954/2619178/1419/rutin-lari-pakai-jas-hujan-rahasia-bobot-fikih-turun-22-kg?l992206755

Gaya Hidup dan Kematangan Emosi Pengaruhi Sikap Atlet di Lapangan

Jakarta, Luis Suarez baru-baru ini menggemparkan dunia sepak bola setelah tingkahnya menggigit lawan pada piala dunia 2014 saat timnya Uruguay melawan Italia, Selasa (23/6/2014).

Sikap tidak profesional pada atlet internasional tidak hanya ditampilkan oleh Suarez, pemain bola lain yang tidak kalah kontroversialnya seperti Mario Balotelli juga menampilkan sikap yang tidak sesuai untuk kelasnya.

Balloteli mengundang kontroversi karena sikapnya bermain di lapangan hijau seringkali diwarnai emosi. Balloteli beberapa kali dalam permainannya tertangkap kamera meluapkan emosi terutama pada wasit. Salah satu insiden Balotelli yang terkenal adalah pada saat dirinya membuka baju pada pertandingan Italia melawan Jerman, Euro 2012.

dr Michael Triangto, SpKO, Kepala Sub Bidang Kedokteran Olahraga Litbang Pengurus Besar Persatuan Badminton Seluruh Indonesia (PB PBSI) mengatakan bahwa sikap Suarez yang demikian, besar kemungkinan berasal dari insting bertahan yang ada pada manusia namun lepas kontrol.

"Dalam keadaan terjepit atau kesulitan, kita akan menggunakan segala macam kemampuan diri kita untuk bertahan dan survive. Mungkin ini lah yang terjadi pada Suarez atau Mike Tyson," ujar dr Michael saat dihubungi via telepon, Rabu (25/6/2014).

dr Michael mengatakan pada beberapa contoh kasus, atlet yang tidak mampu mengendalikan dirinya tersebut berkaitan dengan karakter diri mereka pada kehidupan sehari-hari dan kematangan emosional.

"Saya tidak tahu Suarez gaya hidupnya kaya gimana, tapi kalau seperti Balotelli yang hidup lepas mungkin bisa saja terjadi. Soalnya tidak mungkin orang yang pembawannya santun, tiba-tiba lepas kontrol," ucap dr Michael.

Sisi lain yang jadi pertimbangan adalah faktor kematangan emosi atlet. Pemain muda ataupun tua yang tidak memiliki kematangan emosi mudah terpicu, terutama pada pemain muda hal tersebut membahayakan karena dapat merusak karier mereka.

"Atlet jago itu biasanya tidak mau kalah, tapi harusnya suatu kemampuan disertai kematangan emosional. Atlet yang memang masih muda tapi punya skill yang matang, gak bisa dibandingkan dengan rekan-rekan lain yang tua. Itu sebabnya atlet-atlet muda gagal. Bisa gagal karena sikapnya tidak diterima bisa dia gagal karena merusak diri sendiri (jadi pecandu) atau jadi pemberontak seperti Balotelli," terang dr Michael.

Sumber: http://health.detik.com/read/2014/06/25/172253/2619242/763/gaya-hidup-dan-kematangan-emosi-pengaruhi-sikap-atlet-di-lapangan?l992206755